Menjadi PEREMPUAN HEBAT, Siapa takut ?
Penguatan nilai-nilai kerukunan antar-umat beragama bisa dimulai dari partisipasi perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Wujudnya adalah produktivitas perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
Asep Progresif selalu berharap agar para ibu bisa menghasilkan “sesuatu” mengingat posisi strategis dan sentral seorang ibu dalam agama dan negara.
Menurut Romlah, S.PdI (aktifis Perempuan di FKUB), perempuan berkualitas ditentukan oleh tiga hal, yakni karakter, pendidikan, dan peran dalam kehidupan sehari-hari. Ketiganya harus dimiliki sebelum perempuan bergerak untuk membina atau mendidik orang lain. “Perempuan harus bisa mendidik dirinya sendiri sebelum mendidik orang lain,” tutur Romlah.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa perempuan bisa dikatakan memiliki produktivitas jika dirinya memiliki pribadi yang berkualitas, berperan dalam rumah tangga, dan berperan dalam organisasi.
Romlah sangat meyakini bahwa anak-anak yang hebat pasti dilahirkan dari rahim perempuan yang hebat dan luar biasa. Oleh sebab itulah mengapa dirinya menyarankan agar perempuan, terutama yang sudah menikah, mampu memiliki produktivitas tanpa meninggalkan tugas dan peran sebagai seorang ibu sekaligus istri.
Lain halnya pendapat yang di kemukakan oleh Asep progresif, produktivitas perempuan tidak harus dalam bentuk aktif dalam organisasi. seperti dituturkan Romlah. Asep progresif mengadopsi nilai-nilai budaya Jawa 4M yakni macak (bersolek), manak (menghasilkan keturunan), masak (pandai mengelola dapur), dan makaryo (berkarya dan berprestasi). Keempat konsep ini menjadikan perempuan harus mampu mengelola segala aktivitas di dalam maupun di luar rumah.
“Perempuan harus memilki kematangan emosional agar siap menjalani kehidupan berumah tangga,” ujar kang Asep. Tanpa kematangan emosional, perempuan yang memiliki usia mencukupi untuk menikah pun, tidak akan mampu menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Dicontohkan kang Asep tentang seorang istri yang memiliki kecemburuan berlebihan pada suami adalah wujud ketidakmatangan emosional perempuan.
Seluruh paparan tentang produktivitas perempuan dari perspektif di atas, menggaris bawahi bahwa apapun agama yang dianut, perempuan harus memiliki pendidikan. Dengan demikian, perempuan bisa menjalankan peran sebagai pondasi dalam keluarga dan kehidupan berumah tangga. Perempuan pun bisa ikut andil menghasilkan generasi penerus berkualitas melalui pola asuh yang benar terhadap keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar